Senin, 18 Maret 2013

Analisis Taktik 8 Besar Liga Champions (Part 2)



Analisis Taktik 8 Besar Liga Champions 2012/13

5). Juventus

Dari segi taktik, Juventus nyaris tak tertandingi. Terlebih lagi, Antonio Conte telah melakukan pekerjaan luar biasa dalam mematangkan formasi terbaik yang bisa memaksimalkan semua potensi pada skuad La Vecchia Signora.

Juventus bermain dengan pola 3-5-2 berenergi tinggi yang merupakan kombinasi solid antara pertahanan tembok besi, lini tengah vertikal, dan daya dobrak mematikan.

Ruh permainan Juventus adalah sang regista Andrea Pirlo, yang ditunjang oleh linkup player sekelas Mirko Vucinic.

Pirlo mengendalikan semuanya dari sentral lapangan dengan kreativitas, visi, dan jangkauan passing tanpa tandingnya, sementara para wingermengiris kedua belah sayap untuk membuka semua jalur operan. Vucinic mengumpulkan operan Pirlo dan mendistribusikannya ke barisan depan.

Satu-satunya kelemahan Juventus adalah di posisi striker. La Vecchia Signora tidak memiliki finisher sejati macam Edinson Cavani atau Mario Balotelli. Sebastian Giovinco, yang diharapkan bisa memberi dampak positif, gagal menunjukkan sinarnya.

Pemain kunci: Andrea Pirlo, Mirko Vucinic, Claudio Marchisio.

6). Malaga

Stabilitas pertahanan dan kekuatan ofensif racikan Manuel Pellegrini telah membuat Malaga jadi sensasi di Liga Champions musim ini.

Pellegrini menggunakan formasi 4-4-2 atau 4-2-3-1 yang terbukti sukses melesatkan Malaga hingga perempat final pada musim perdananya di kompetisi elit Eropa.
Isco jadi pusat perhatian dengan aksi-aksi cut-in memukaunya di sektor kiri, sedangkan Martin Demichelis dan Weligton membentuk duet tangguh di pusat pertahanan sang wakil La Liga.

Kekuatan utama Malaga adalah serangan mereka lewat kedua sayap, yang dihuni oleh Joaquin dan Isco, sementara Manuel Iturra serta Ignacio Camacho menciptakan keseimbangan di lini tengah.

Pemain kunci: Martin Demichelis, Isco.

7). PSG

Carlo Ancelotti menghabiskan waktu sekitar empat bulan guna mencari formasi terbaik untuk skuad bertabur bintang milik PSG. Ancelotti memilih 4-2-2-2 yang bisa membuat para pemainnya menciptakan kreasi tanpa batas.

Mesin penggerak permainan diserahkan kepada Blaise Matuidi, yang identik dengan konsistensi, dan sang deep-lying playmaker Marco Verratti. Namun, tak bisa dibantah bahwa PSG sangat ditopang oleh skilldan kehebatan target man utama mereka, Zlatan Ibrahimovic.

Serangan PSG kebanyakan bermula dari Lucas Moura di sektor kanan. Dia memiliki kemampuan untuk mengalahkan para marker lawan serta menyusun counter attack mematikan.

Dalam mode bertahan, satu striker (biasanya Ezequiel Lavezzi) akan turun untuk menjadi penghubung permainan, sedangkan satunya lagi bergerilya di garis tengah sambil menunggu kesempatan.

Pemain kunci: Blaise Matuidi, Zlatan Ibrahimovic.

8). Real Madrid

Musim ini, Real Madrid bukan lagi tim yang sepenuhnya antipeluru. Formasi 4-2-3-1 racikan Jose Mourinho memiliki sejumlah lubang.

Lancar atau tidaknya permainan Madrid bergantung kepada dua pemain, yakni Xabi Alonso dan Cristiano Ronaldo. Jika keduanya dimatikan, lawan bisa meraih kemenangan.

Teori yang mudah diucapkan, tapi sulit untuk direalisasikan. Borussia Dortmund secara mengejutkan sanggup melakukannya. Manchester United juga, namun hanya selama 60 menit.

Mourinho memiliki alternatif lain pada diri Luka Modric, yang sama kreatifnya dengan Alonso, tapi mobilitasnya lebih baik. Berkat itu, skema andalan Mourinho tetap terjaga. Di tangannya, Madrid tidak berlama-lama menguasai bola, tapi lebih memfokuskan pada tikaman ke jantung pertahanan lawan (biasanya lewat serangan balik).

Pola Alonso-Ronaldo memang sudah beberapa kali terbaca oleh lawan musim ini. Akan tetapi, Madrid tetap menakutkan, karena mereka memiliki sederet game-winner serta motivasi kuat untuk mewujudkan impian besar yang bernama La Decima.

Pemain kunci: Xabi Alonso, Cristiano Ronaldo.

0 komentar:

Posting Komentar

 

SEO status

SEO Stats powered by MyPagerank.Net

Sample text

Blogger news


Sample Text